وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلْإِيمٰنَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا۟ وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
وَالَّذِيْنَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَالْاِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ اُوْتُوْا وَيُؤْثِرُوْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۗوَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَۚ
wallażīna tabawwa`ud-dāra wal-īmāna ming qablihim yuḥibbụna man hājara ilaihim wa lā yajidụna fī ṣudụrihim ḥājatam mimmā ụtụ wa yu`ṡirụna 'alā anfusihim walau kāna bihim khaṣāṣah, wa may yụqa syuḥḥa nafsihī fa ulā`ika humul-mufliḥụn
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung
And [also for] those who were settled in al-Madinah and [adopted] the faith before them. They love those who emigrated to them and find not any want in their breasts of what the emigrants were given but give [them] preference over themselves, even though they are in privation. And whoever is protected from the stinginess of his soul - it is those who will be the successful.
وَٱلَّذِينَ
وَالَّذِيۡنَ
dan orang-orang yang
And those who
تَبَوَّءُو
تَبَوَّؤُ
(mereka)menempati
settled
ٱلدَّارَ
الدَّارَ
rumah/kampung (kota)
(in) the home
وَٱلْإِيمَـٰنَ
وَالۡاِيۡمَانَ
dan keimanan
and (accepted) faith
مِن
مِنۡ
dari
from
قَبْلِهِمْ
قَبۡلِهِمۡ
sebelum mereka
before them
يُحِبُّونَ
يُحِبُّوۡنَ
dan mereka mencintai
love
مَنْ
مَنۡ
orang-orang
(those) who
هَاجَرَ
هَاجَرَ
hijrah/pindah
emigrated
إِلَيْهِمْ
اِلَيۡهِمۡ
kepada mereka
to them
وَلَا
وَلَا
dan tidak
and not
يَجِدُونَ
يَجِدُوۡنَ
mendapati/menaruh
they find
فِى
فِىۡ
pada
in
صُدُورِهِمْ
صُدُوۡرِهِمۡ
dada mereka
their breasts
حَاجَةًۭ
حَاجَةً
hajat/keinginan
any want
مِّمَّآ
مِّمَّاۤ
terhadap apa
of what
أُوتُوا۟
اُوۡتُوۡا
mereka diberi
they were given
وَيُؤْثِرُونَ
وَيُـؤۡثِرُوۡنَ
dan mereka mengutamakan
but prefer
عَلَىٰٓ
عَلٰٓى
atas
over
أَنفُسِهِمْ
اَنۡفُسِهِمۡ
diri mereka sendiri
themselves
وَلَوْ
وَلَوۡ
walaupun
even though
كَانَ
كَانَ
adalah
was
بِهِمْ
بِهِمۡ
mereka
with them
خَصَاصَةٌۭ ۚ
خَصَاصَةٌ ؕ
kepapaan/kesusahan
poverty
وَمَن
وَمَنۡ
dan barang siapa
And whoever
يُوقَ
يُّوۡقَ
dipelihara
is saved
شُحَّ
شُحَّ
kekikiran
(from) stinginess
نَفْسِهِۦ
نَـفۡسِهٖ
dirinya
(of) his soul
فَأُو۟لَـٰٓئِكَ
فَاُولٰٓٮِٕكَ
maka mereka itu
then those
هُمُ
هُمُ
mereka
[they]
ٱلْمُفْلِحُونَ
الۡمُفۡلِحُوۡنَۚ
orang-orang yang beruntung
(are) the successful ones
٩
٩
(9)
(9)
Asbabun Nuzul Ayat 9
Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Yazid al-Asham bahwa orang-orang Anshar
berkata, “Wahai Rasulullah, bagikanlah tanah menjadi dua bagian antara kami
dengan saudara-saudara kami kaum Muhajirin.” Beliau bersabda, “Tidak, tetapi
cukuplah kalian memenuhi kebutuhan mereka dengan membagi buahnya dengan mereka,
sedangkan tanahnya tetap menjadi tanah kalian.” Mereka berkata, “Kami puas
dengan keputusan ini.” Allah pun menurunkan firman-Nya, “Dan orang-orang
(Anshar) yang telah menempati kota Madinah.”
Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ada seorang lelaki
datang kepada Rasulullah lalu berkata, “Wahai Rasulullah, kami menderita
kesusahan.” Lantas beliau mengirim utusan kepada para istrinya, tetapi utusan
itu tidak menemukan apa pun pada istri-istri beliau. Beliau bersabda, “Adakah
seseorang yang mau menerimanya sebagai tamu malam ini, mudah-mudahan Allah
merahmatinya.” Seorang lelaki Anshar berdiri sambil berkata, “Aku wahai
Rasulullah.” Lelaki Anshar itu pergi menemui keluarganya dan berkata kepada
istrinya, “Ada tamu Rasulullah ﷺ, janganlah engkau menyimpan sesuatu untuknya.”
Istrinya menjawab, “Demi Allah, kita tidak memiliki apa pun selain makanan
untuk anak-anak.” Lelaki itu berkata, “Jika anak-anak ingin makan, suruhlah
mereka untuk tidur dan kemarilah lalu padamkan lampu dan kita lipat perut kita
malam ini.” Istrinya melakukan hal demikian. Keesokan harinya lelaki Anshar
tersebut datang kepada Rasulullah ﷺ. Beliau pun bersabda, “Sungguh, Allah kagum
atau tertawa terhadap fulan dan fulanah.” Allah pun menurunkan firman-Nya, “dan
mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga
memerlukan.”
Musaddad dalam Musnadnya, dan Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Abu
al-Mutawakkil an-Naji bahwa seorang lelaki muslim...dst. (hadis serupa).
Selanjutnya ia menuturkan hadis seperti itu dan didalamnya disebutkan bahwa
lelaki yang menjamu itu adalah Tsabit bin Abi Qais bin Syammas. Maka turunlah
ayat tersebut yang berkenaan dengannya.
Al-Wahidi meriwayatkan dari jalur Muharib bin Ditsar dari Ibnu Umar, ia
berkata, “Seorang sahabat Rasulullah ﷺ diberi hadiah berupa kepala domba.
Sahabat itu berkata, “Sesungguhnya saudaraku fulan dan keluarganya lebih
membutuhkan daripada kami.” Ia pun mengirimkan kepala domba itu kepadanya.
Ternyata orang itu terus mengirimkannya kepada yang lainnya dan seterusnya
hingga kepala kambing itu berkeliling tujuh rumah sampai kembali lagi kerumah
yang pertama. Karena itulah turun ayat, “dan mereka mengutamakan (Muhajirin),
atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan.”