فَإِن طَلَّقَهَا فَلَا تَحِلُّ لَهُۥ مِنۢ بَعْدُ حَتَّىٰ تَنكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُۥ ۗ فَإِن طَلَّقَهَا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ أَن يَتَرَاجَعَآ إِن ظَنَّآ أَن يُقِيمَا حُدُودَ ٱللَّهِ ۗ وَتِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ يُبَيِّنُهَا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
فَاِنْ طَلَّقَهَا فَلَا تَحِلُّ لَهٗ مِنْۢ بَعْدُ حَتّٰى تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَهٗ ۗ فَاِنْ طَلَّقَهَا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ اَنْ يَّتَرَاجَعَآ اِنْ ظَنَّآ اَنْ يُّقِيْمَا حُدُوْدَ اللّٰهِ ۗ وَتِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ يُبَيِّنُهَا لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ
fa in ṭallaqahā fa lā taḥillu lahụ mim ba'du ḥattā tangkiḥa zaujan gairah, fa in ṭallaqahā fa lā junāḥa 'alaihimā ay yatarāja'ā in ẓannā ay yuqīmā ḥudụdallāh, wa tilka ḥudụdullāhi yubayyinuhā liqaumiy ya'lamụn
Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui.
And if he has divorced her [for the third time], then she is not lawful to him afterward until [after] she marries a husband other than him. And if the latter husband divorces her [or dies], there is no blame upon the woman and her former husband for returning to each other if they think that they can keep [within] the limits of Allah. These are the limits of Allah, which He makes clear to a people who know.
فَإِن
فَاِنۡ
maka jika
Then if
طَلَّقَهَا
طَلَّقَهَا
ia (suami) mentalaknya
he divorces her
فَلَا
فَلَا
maka tidak
then (she is) not
تَحِلُّ
تَحِلُّ
halal
lawful
لَهُۥ
لَهٗ
baginya
for him
مِنۢ
مِنۡۢ
dari
from
بَعْدُ
بَعۡدُ
sesudah
after (that)
حَتَّىٰ
حَتّٰى
sehingga
until
تَنكِحَ
تَنۡكِحَ
dia kawin
she marries
زَوْجًا
زَوۡجًا
suami
a spouse
غَيْرَهُۥ ۗ
غَيۡرَهٗ ؕ
lainnya
other than him
فَإِن
فَاِنۡ
maka/kemudian jika
Then if
طَلَّقَهَا
طَلَّقَهَا
dia (suami lain) menceraikannya
he divorces her
فَلَا
فَلَا
maka tidak
then no
جُنَاحَ
جُنَاحَ
berdosa
sin
عَلَيْهِمَآ
عَلَيۡهِمَآ
atas keduanya
on them
أَن
اَنۡ
bahwa
if
يَتَرَاجَعَآ
يَّتَرَاجَعَآ
keduanya ruju' (kawin kembali)
they return to each other
إِن
اِنۡ
jika
if
ظَنَّآ
ظَنَّآ
keduanya berpendapat
they believe
أَن
اَنۡ
bahwa
that
يُقِيمَا
يُّقِيۡمَا
keduanya melaksanakan
they (will be able to) keep
حُدُودَ
حُدُوۡدَ
hukum-hukum
(the) limits
ٱللَّهِ ۗ
اللّٰهِؕ
Allah
(of) Allah
وَتِلْكَ
وَتِلۡكَ
dan itulah
And these
حُدُودُ
حُدُوۡدُ
hukum-hukum
(are the) limits
ٱللَّهِ
اللّٰهِ
Allah
(of) Allah
يُبَيِّنُهَا
يُبَيِّنُهَا
Dia menerangkannya
He makes them clear
لِقَوْمٍۢ
لِقَوۡمٍ
bagi kaum
to a people
يَعْلَمُونَ
يَّعۡلَمُوۡنَ
mereka mengetahui
who know
٢٣٠
٢٣٠
(230)
(230)
Asbabun Nuzul Ayat 230
Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Muqatil bin Hibban, ia
berkata, “Ayat tersebut turun berkenaan dengan Aisyah binti Abdirahman bin
Atik yang menjadi istri Rifa’ah bin Wahb bin Atik. Dia adalah anak pamannya.
Lantas Rifa’ah menjatuhkan talak bain kepada Aisyah. Selanjutnya Aisyah
dinikahi oleh Abdurrahman bin Zubair al-Qurzhi lalu diceraikannya.”
Lantas Aisyah
mendatangi Nabi Muhammad ﷺ
lalu berkata, “Dia (Abdurrahman bin Zubair) menceraikanku sebelum menyentuhku.
Bolehkah aku kembali kepada suami pertama (Rifa’ah)?” Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Tidak, hingga dia
menyetubuhimu.” Lantas turunlah ayat tentangnya, “Kemudian jika dia
menceraikannya (setelah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi
baginya sebelum dia menikah dengan suami yang lain.’ Lantas dia menyetubuhinya,
“Kemudian jika dia menceraikannya (setelah talak yang kedua).” Setelah
menggaulinya, “maka tidak ada dosa bagi keduanya (suami pertama dan bekas
istri) untuk menikah kembali.”