فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا۟ فِىٓ أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ حَتّٰى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
fa lā wa rabbika lā yu`minụna ḥattā yuḥakkimụka fīmā syajara bainahum ṡumma lā yajidụ fī anfusihim ḥarajam mimmā qaḍaita wa yusallimụ taslīmā
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
But no, by your Lord, they will not [truly] believe until they make you, [O Muhammad], judge concerning that over which they dispute among themselves and then find within themselves no discomfort from what you have judged and submit in [full, willing] submission.
فَلَا
فَلَا
maka
But no
وَرَبِّكَ
وَرَبِّكَ
dan/demi Tuhanmu
by your Lord
لَا
لَا
tidak
not
يُؤْمِنُونَ
يُؤۡمِنُوۡنَ
beriman
will they believe
حَتَّىٰ
حَتّٰى
hingga
until
يُحَكِّمُوكَ
يُحَكِّمُوۡكَ
mereka menjadikan kamu hakim
they make you judge
فِيمَا
فِيۡمَا
terhadap apa/perkara
about what
شَجَرَ
شَجَرَ
perselisihan
arises
بَيْنَهُمْ
بَيۡنَهُمۡ
diantara mereka
between them
ثُمَّ
ثُمَّ
kemudian
then
لَا
لَا
tidak
not
يَجِدُوا۟
يَجِدُوۡا
mereka mendapatkan
they find
فِىٓ
فِىۡۤ
dalam
in
أَنفُسِهِمْ
اَنۡفُسِهِمۡ
diri/hati mereka
themselves
حَرَجًۭا
حَرَجًا
keberatan
any discomfort
مِّمَّا
مِّمَّا
terhadap apa
about what
قَضَيْتَ
قَضَيۡتَ
kamu putuskan
you (have) decided
وَيُسَلِّمُوا۟
وَيُسَلِّمُوۡا
dan mereka menerima
and submit
تَسْلِيمًۭا
تَسۡلِيۡمًا
penerima sepenuhnya
(in full) submission
٦٥
٦٥
(65)
(65)
Asbabun Nuzul Ayat 65
Enam imam meriwayatkan dari Abdulaah bin Zubair, ia berkata,
“Az-Zubair berselisih dengan seorang lelaki dari Anshar mengenai aliran air di
al-Harrah. Lantas Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
“siramilah (kebunmu) lalu alirkanlah
airnya kepada tetanggamu.” Orang Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, engkau
memenangkannya karena ia anak bibimu.”
Seketika wajah beliau berubah lalu bersabda, “Wahai
az-Zubair, siramilah (kebunmu). Setelah itu alirkanlah air ke tetanggamu,”
Rasulullah memenuhi hak Az-Zubair sebelumnya beliau memberikan isyarat yang
mengandung keluasan untuk keduanya. Az-Zubair berkata, “Aku menduga ayat berikut
turun berkenaan dengan hal tersebut, “Maka demi Tuhanmu, Mereka tidak beriman
sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang
mereka peselisihkan (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati
mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.”
Ath-Thabrani meriwayatkan dalam al-Kabir dan al-Humaidi dalam
Musnadnya dari Ummu Salamah, ia berkata, “Az-Zubair mengadukan seorang lelaki
kepada Rasulullah ﷺ lantas
beliau menetapkan keputusan untuk Az-Zubair. Orang itu berkata, "Sesungguhnya beliau menetapkan keputusan untuknya karena dia anak pamannya.” Lantas turunlah
ayat, “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau
(Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan (sehingga)
kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang
engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Said bin Musayyab mengenai
firman-Nya, “Maka demi Tuhanmu , mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan
engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan
(sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan
yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” Ia berkata, “Ayat
tersebut diturunkan berkenaan dengan az-Zubair bin Awwam dan Hathib bin Abi
Balta’ah. Keduanya berselisih dengan air. Lantas Nabi Muhammad ﷺ menetapkan keputusan agar
bagian paling tinggi mengalirkan air kebagian yang paling rendah.”
Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Marwadih meriwayatkan dari Abu
al-Aswad, ia berkata, “Dua orang mengadukan perkara kepada Rasulullah ﷺ lalu beliau menetapkan antara
keduanya. Lantas orang yang telah mendapatkan keputusan berkata, “Kembalikanlah
kami kepada Umar bin Khaththab.” Keduanya pun dibawa kepadanya. Orang itu
berkata, "Rasulullah telah menetapkan untukku keputusan ini. Orang itu berkata, “Kembalikanlah kami kepada Umar.” Umar berkata, “Begitu ya?”
Selanjutnya Umar berkata, “Tetaplah di tempat kalian berdua sehingga aku keluar
kepada kalian berdua lalu menetapkan keputusan di antara kalian berdua.” Lantas
Umar keluar menuju keduanya sambil menyandang pedangnya lalu memenggal orang
yang mengatakan, “Kembalikan kami kepada Umar,” lalu membunuhnya. Lantas
turunlah ayat, “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan
engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan
(sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan
yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” Mursal gharib
dalam isnadnya ada Ibnu Lahi’ah. Hadis ini memiliki hadis penguat yang
diriwayatkan oleh Rahim dalam tafsirya dari jalur Utbah bin Dhamrah dari
bapaknya.