فَلَوْلَا نَصَرَهُمُ ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِ ٱللَّهِ قُرْبَانًا ءَالِهَةًۢ ۖ بَلْ ضَلُّوا۟ عَنْهُمْ ۚ وَذٰلِكَ إِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوا۟ يَفْتَرُونَ
فَلَوْلَا نَصَرَهُمُ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ قُرْبَانًا اٰلِهَةً ۗبَلْ ضَلُّوْا عَنْهُمْۚ وَذٰلِكَ اِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ
falau lā naṣarahumullażīnattakhażụ min dụnillāhi qurbānan ālihah, bal ḍallụ 'an-hum, wa żālika ifkuhum wa mā kānụ yaftarụn
Maka mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai Tuhan untuk mendekatkan diri (kepada Allah) tidak dapat menolong mereka. Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka? Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan.
Then why did those they took besides Allah as deities by which to approach [Him] not aid them? But they had strayed from them. And that was their falsehood and what they were inventing.
فَلَوْلَا
فَلَوۡلَا
maka mengapa tidak
Then why (did) not
نَصَرَهُمُ
نَصَرَهُمُ
menolong mereka
help them
ٱلَّذِينَ
الَّذِيۡنَ
orang-orang yang
those whom
ٱتَّخَذُوا۟
اتَّخَذُوۡا
mereka jadikan
they had taken
مِن
مِنۡ
dari
besides
دُونِ
دُوۡنِ
selain
besides
ٱللَّهِ
اللّٰهِ
Allah
Allah
قُرْبَانًا
قُرۡبَانًا
pendekatan diri
gods as a way of approach
ءَالِهَةًۢ ۖ
اٰلِهَةً ؕ
Tuhan
gods as a way of approach
بَلْ
بَلۡ
tetapi
Nay
ضَلُّوا۟
ضَلُّوۡا
lenyap
they were lost
عَنْهُمْ ۚ
عَنۡهُمۡۚ
dari mereka
from them
وَذَٰلِكَ
وَذٰلِكَ
dan itulah
And that
إِفْكُهُمْ
اِفۡكُهُمۡ
kebohongan mereka
(was) their falsehood
وَمَا
وَمَا
dan apa yang
and what
كَانُوا۟
كَانُوۡا
mereka adalah
they were
يَفْتَرُونَ
يَفۡتَرُوۡنَ
mereka ada-adakan
inventing
٢٨
٢٨
(28)
(28)
Tafsir al-Jalalayn
Tafsir Ayat 28
(Maka mengapa tidak) atau kenapa tidak (menolong mereka) dengan cara menolak azab dari diri mereka (sesembahan-sesembahan selain Allah yang mereka jadikan) selain dari Allah (sebagai taqarrub) untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah (dan sebagai tuhan-tuhan) di samping Allah, yaitu berupa berhala-berhala. Maf'ul pertama dari lafal Ittakhadza adalah Dhamir yang tidak disebutkan yang kembali kepada Isim Maushul, yaitu lafal Hum, sedangkan Maf'ul keduanya adalah lafal Qurbaanan, dan lafal Aalihatan sebagai Badal dari lafal Qurbaanan. (Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap) yakni pergi (dari mereka) sewaktu azab itu datang menimpa mereka. (Itulah) yakni pengambilan mereka terhadap berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan untuk mendekatkan diri kepada Allah (akibat kebohongan mereka) kedustaan mereka (dan apa yang dahulu mereka ada-adakan) yang dahulu mereka buat-buat. Maa adalah Mashdariyah atau Maushulah, sedangkan Dhamir yang kembali kepadanya tidak disebutkan yaitu lafal Fiihi; lengkapnya: Wa Maa Kaanuu Fiihi Yaftaruuna.