وَحَسِبُوٓا۟ أَلَّا تَكُونَ فِتْنَةٌ فَعَمُوا۟ وَصَمُّوا۟ ثُمَّ تَابَ ٱللَّهُ عَلَيْهِمْ ثُمَّ عَمُوا۟ وَصَمُّوا۟ كَثِيرٌ مِّنْهُمْ ۚ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا يَعْمَلُونَ
وَحَسِبُوْٓا اَلَّا تَكُوْنَ فِتْنَةٌ فَعَمُوْا وَصَمُّوْا ثُمَّ تَابَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ثُمَّ عَمُوْا وَصَمُّوْا كَثِيْرٌ مِّنْهُمْۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ
wa ḥasibū allā takụna fitnatun fa 'amụ wa ṣammụ ṡumma tāballāhu 'alaihim ṡumma 'amụ wa ṣammụ kaṡīrum min-hum, wallāhu baṣīrum bimā ya'malụn
Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencanapun (terhadap mereka dengan membunuh nabi-nabi itu), maka (karena itu) mereka menjadi buta dan pekak, kemudian Allah menerima taubat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (lagi). Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
And they thought there would be no [resulting] punishment, so they became blind and deaf. Then Allah turned to them in forgiveness; then [again] many of them became blind and deaf. And Allah is Seeing of what they do.
وَحَسِبُوٓا۟
وَحَسِبُوۡۤا
dan mereka mengira
And they thought
أَلَّا
اَلَّا
bahwa tidak akan
that not
تَكُونَ
تَكُوۡنَ
terjadi
will be (for them)
فِتْنَةٌۭ
فِتۡنَةٌ
bencana
a trial
فَعَمُوا۟
فَعَمُوۡا
maka mereka menjadi buta
so they became blind
وَصَمُّوا۟
وَصَمُّوۡا
dan mereka menjadi tuli
and they became deaf
ثُمَّ
ثُمَّ
kemudian
Then
تَابَ
تَابَ
menerima taubat
turned
ٱللَّهُ
اللّٰهُ
Allah
Allah
عَلَيْهِمْ
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
to them
ثُمَّ
ثُمَّ
kemudian
then (again)
عَمُوا۟
عَمُوۡا
mereka menjadi buta
they became blind
وَصَمُّوا۟
وَصَمُّوۡا
dan mereka menjadi tuli
and they became deaf
كَثِيرٌۭ
كَثِيۡرٌ
kebanyakan
many
مِّنْهُمْ ۚ
مِّنۡهُمۡؕ
diantara mereka
of them
وَٱللَّهُ
وَاللّٰهُ
dan Allah
And Allah
بَصِيرٌۢ
بَصِيۡرٌۢ
Maha Melihat
(is) All-Seer
بِمَا
بِمَا
dengan/terhadap apa
of what
يَعْمَلُونَ
يَعۡمَلُوۡنَ
mereka kerjakan
they do
٧١
٧١
(71)
(71)
Tafsir al-Jalalayn
Tafsir Ayat 71
(Dan mereka mengira) mereka menduga (bahwa tidak akan terjadi) dengan dibaca rafa` maka an menjadi mukhaffafah/tidak beramal dan dibaca nashab maka an dapat menashabkan/beramal; artinya tidak bakalan terjadi (fitnah) siksaan yang menimpa diri mereka sebagai balasan dari perbuatan mendustakan para rasul dan berani membunuh mereka (sebagai akibatnya mereka menjadi buta) dari perkara yang hak hingga mereka tidak bisa melihatnya (dan mereka menjadi tuli) tidak bisa mendengar perkara yang hak (kemudian Allah menerima tobat mereka) tatkala mereka mau bertobat (kemudian mereka kembali menjadi buta dan tuli) untuk kedua kalinya (demikianlah kebanyakan dari kalangan mereka) lafal katsiirun sebagai dhamir/kata ganti (dan Allah Maha Melihat terhadap apa yang mereka kerjakan) untuk itu Ia membalas mereka sesuai dengan apa-apa yang telah mereka kerjakan.