وَإِنِ ٱمْرَأَةٌ خَافَتْ مِنۢ بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ أَن يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا ۚ وَٱلصُّلْحُ خَيْرٌ ۗ وَأُحْضِرَتِ ٱلْأَنفُسُ ٱلشُّحَّ ۚ وَإِن تُحْسِنُوا۟ وَتَتَّقُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
وَاِنِ امْرَاَةٌ خَافَتْ مِنْۢ بَعْلِهَا نُشُوْزًا اَوْ اِعْرَاضًا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ اَنْ يُّصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا ۗوَالصُّلْحُ خَيْرٌ ۗوَاُحْضِرَتِ الْاَنْفُسُ الشُّحَّۗ وَاِنْ تُحْسِنُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا
wa inimra`atun khāfat mim ba'lihā nusyụzan au i'rāḍan fa lā junāḥa 'alaihimā ay yuṣliḥā bainahumā ṣul-ḥā, waṣ-ṣul-ḥu khaīr, wa uḥḍiratil-anfususy-syuḥḥ, wa in tuḥsinụ wa tattaqụ fa innallāha kāna bimā ta'malụna khabīrā
Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
And if a woman fears from her husband contempt or evasion, there is no sin upon them if they make terms of settlement between them - and settlement is best. And present in [human] souls is stinginess. But if you do good and fear Allah - then indeed Allah is ever, with what you do, Acquainted.
وَإِنِ
وَاِنِ
dan jika
And if
ٱمْرَأَةٌ
امۡرَاَةٌ
seorang wanita
a woman
خَافَتْ
خَافَتۡ
takut/khawatir
fears
مِنۢ
مِنۡۢ
dari
from
بَعْلِهَا
بَعۡلِهَا
suaminya
her husband
نُشُوزًا
نُشُوۡزًا
nusyuz/membuat kesalahan
ill-conduct
أَوْ
اَوۡ
atau
or
إِعْرَاضًۭا
اِعۡرَاضًا
pergi meninggalkan/tidak acuh
desertion
فَلَا
فَلَا
maka tidak
then (there is) no
جُنَاحَ
جُنَاحَ
mengapa
sin
عَلَيْهِمَآ
عَلَيۡهِمَاۤ
atas keduanya
on both of them
أَن
اَنۡ
akan
that
يُصْلِحَا
يُّصۡلِحَا
berdamai keduanya
they make terms of peace
بَيْنَهُمَا
بَيۡنَهُمَا
antara keduanya
between themselves
صُلْحًۭا ۚ
صُلۡحًا ؕ
perdamaian
a reconciliation
وَٱلصُّلْحُ
وَالصُّلۡحُ
dan perdamaian itu
and [the] reconciliation
خَيْرٌۭ ۗ
خَيۡرٌ ؕ
lebih baik
(is) best
وَأُحْضِرَتِ
وَاُحۡضِرَتِ
dan kebiasaan
And are swayed
ٱلْأَنفُسُ
الۡاَنۡفُسُ
jiwa/manusia
the souls
ٱلشُّحَّ ۚ
الشُّحَّ ؕ
kikir
(by) greed
وَإِن
وَاِنۡ
dan jika
But if
تُحْسِنُوا۟
تُحۡسِنُوۡا
kamu berbuat kebaikan
you do good
وَتَتَّقُوا۟
وَتَتَّقُوۡا
dan kamu memelihara diri
and fear (Allah)
فَإِنَّ
فَاِنَّ
maka sesungguhnya
then indeed
ٱللَّهَ
اللّٰهَ
Allah
Allah
كَانَ
كَانَ
adalah Dia
is
بِمَا
بِمَا
dengan/terhadap apa
of what
تَعْمَلُونَ
تَعۡمَلُوۡنَ
kamu kerjakan
you do
خَبِيرًۭا
خَبِيۡرًا
Maha Mengetahui
All-Aware
١٢٨
١٢٨
(128)
(128)
Tafsir al-Jalalayn
Tafsir Ayat 128
(Dan jika seorang wanita) imra-atun marfu' oleh fi'il yang menafsirkannya (takut) atau khawatir (dari suaminya nusyuz) artinya sikap tak acuh hingga berpisah ranjang daripadanya dan melalaikan pemberian nafkahnya, adakalanya karena marah atau karena matanya telah terpikat kepada wanita yang lebih cantik dari istrinya itu (atau memalingkan muka) daripadanya (maka tak ada salahnya bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenarnya). Ta yang terdapat pada asal kata diidgamkan pada shad, sedang menurut qiraat lain dibaca yushliha dari ashlaha. Maksud perdamaian itu ialah dalam bergilir dan pemberian nafkah, misalnya dengan sedikit mengalah dari pihak istri demi mempertahankan kerukunan. Jika si istri bersedia, maka dapatlah dilangsungkan perdamaian itu, tetapi jika tidak, maka pihak suami harus memenuhi kewajibannya atau menceraikan istrinya itu. (Dan perdamaian itu lebih baik) daripada berpisah atau dari nusyuz atau sikap tak acuh. Hanya dalam menjelaskan tabiat-tabiat manusia, Allah berfirman: (tetapi manusia itu bertabiat kikir) artinya bakhil, seolah-olah sifat ini selalu dan tak pernah lenyap daripadanya. Maksud kalimat bahwa wanita itu jarang bersedia menyerahkan haknya terhadap suaminya kepada madunya, sebaliknya pihak laki-laki jarang pula yang memberikan haknya kepada istri bila ia mencintai istri lain. (Dan jika kamu berlaku baik) dalam pergaulan istri-istrimu (dan menjaga diri) dari berlaku lalim atau aniaya kepada mereka (maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan) hingga akan memberikan balasannya.